Selasa, 23 September 2008

Arif Syaifuddin, Bocah Kelas 4 SD yang Berjualan Takjil Keliling



Sehari Berjalan 10 Km, Tak Ingin Puasa Bolong Bila banyak orang yang mengaku telah lelah bekerja keras pada bulan puasa ini, tampaknya mereka harus bercermin pada Arif Syaifuddin. Sebab, bocah 10 tahun itu setiap hari berjalan 10 km untuk menjajakan takjil.

Sore itu Arif Syaifuddin berada di depan Masjid Jami Alun-Alun Gresik. Dia sedang melayani seorang pembeli. Arif tampak lusuh, meski tetap menebar senyum. ''Suwun, Pak," ujarnya kepada pembeli bersepeda motor itu.

''Kasihan, masih kecil sudah jualan, apalagi dia puasa," kata salah satu pembeli. Keberadaan bocah itu sungguh menarik untuk diketahui lebih dalam.

Dengan menyunggi sebuah baki penuh takjil, Arif terlihat lebih kecil dibandingkan barang dagangannya. Berat bakinya sekitar 5 kilogram.

Namun, siapa sangka, Arif ternyata mampu berjalan sambil menyunggi baki itu sepanjang 10 kilometer setiap hari. Yang mengherankan, puasa bocah tersebut belum sekali pun bolong. Bila waktu berbuka tiba, biasanya dia singgah di sebuah warung.

Berjualan Tanpa Alas Kaki Arif mengatakan mulai berjualan mulai jam satu siang (13.00)," jelas Arif sembari menampilkan mimik sedikit takut diwawancarai.

Dia berjualan selama hampir enam jam sehari dan baru pulang sekitar pukul 19.00. ''Saya disuruh ibu berjualan, tapi senang soalnya bisa dapat banyak duit," ujarnya polos.

Arif tinggal bersama kedua orang tuanya di Karang Pasung, Kroman, Gresik. Ketika ditanya lebih lanjut tentang rumahnya, Arif hanya menjawab, ''Pokoknya di belakang pabrik tahu."

Pada Ramadan ini, Arif tidak mengurangi sedikit pun jam bekerjanya. ''Biasanya dari rumah sampai McD Jalan Veteran, tapi kalau puasa tidak sampai sana," tukas Arif sembari menata dagangannya.

Sebelum berangkat, Arif menyiapkan semua yang berhubungan dengan dagangannya. Di dadanya ada sebuah tas kecil berisi tumpukan kresek untuk membungkus dagangan. Di antara tumpukan tas kresek itu, ada satu tas kresek putih yang khusus untuk uang kembalian.

Apabila ada pembeli, Arif dengan cekatan mengeluarkan tas-tas kresek tersebut. Jika sedang tidak ada pembeli, Arif menghitung perolehannya.

Dagangan yang dijual bocah itu juga tergolong unik. Dagangan tersebut berisi tiga macam. Semua makanan yang dijual Arif terbuat dari ikan. Yakni, botok telur ikan badir, tepung goreng, dan jeroan ikan bandeng. ''Endok badir regane Rp 1.500, glepung Rp 500, gajih Rp 500 (Harga telur ikan bader Rp 1.500, glepung goreng bader Rp 500, lemak (jeroan ikan bandeng) Rp 500)," jelas Arif.

''Yang masak ibu," tambah Arif sembari menunjuk sebungkus telur ikan bader.

Walaupun capai fisik, puasa tidak bolong Arif mengatakan dagangannya sering habis. Dia bisa membawa pulang uang sekitar Rp 100 ribu. ''Bahkan, kadang dapat duit Rp 120 ribu," ujarnya.

Uang hasil jualannya, kata Arif, diberikan semua kepada ibunya. Yang jelas, uang itu digunakan untuk membayar uang sekolahnya. ''Saya sekarang kelas empat.Saya ingin terus sekolah sehingga harus sungguh-sungguh jualan," ungkapnya.

Meski sekarang kelas IV SD, Arif ternyata belum lancar menulis. Ketika diminta menuliskan nama lengkapnya, Arif hanya tersenyum sembari menjawab, ''Tulisanku gak lancar, tapi iso ngeja."

Pada Ramadan ini, Arif tidak ingin puasanya bolong dan tidak mau hanya berpangku tangan mengandalkan bantuan orang lain. ''Pokoknya, ibu pesan jangan sampai menyusahkan orang lain," tutur Arif menirukan pesan sang ibu.



sumber: Jawa Pos, 23 Sept 2008

diambil dari newsletter (LOA) : Markus Tan